Agak susah memang ketika loe dateng ke sebuah bioskop... dan loe belum tau mau nonton apa, film yang mana. Tambah susah kalo loe dateng ke bioskopnya sama temen loe, bertiga pula! Nah loooo... yang satu milih film apa, yang satu milih apa, yang satu lagi bingung... mau ikutan si A, si B, atau bikin tambah riweh... dengan mau nonton yang beda lagi hihihi... bubar aja kalo gitu?
Hari Jumat kemarin ini setelah puas ngeburgerking bareng Yoga (I love BK!) Farid tiba-tiba muncul nyusul ke Grand Indo untuk beli satu keperluan untuk acara hari Sabtu. Setelah dapet, punya ide untuk nonton... Tapi belum tau film apa, ok cek punya cek di Blitz akhirnya Farid mau nonton The Curious Case of Benjamin Button, terus Yoga mau nonton Slumdog Millionaire... nah giliran gue ditanya mau nonton apa, secara gue baru denger-denger dari Ajeng sama Kompas Minggu kalo Slumdog bagus, ya gue milih nonton Slumdog Millionaire hihihi maap rid! Tapi siang ini gue baru baca resensi Benjamin Button... eh eh eh, baguuus! Nonton yuk! Hehehe...
Satu reaksi yang muncul di hati gue setelah nonton film ini, ternyata sama dengan yang sudah diucapin orang-orang yang nonton bareng disamping gue, ternyata si Jamal Malik hidup di lingkungan yang jauh lebih buruk dari Jakarta... di India juga ada loh kali yang kotor dengan tumpukan sampah setinggi gaban, mandi di kali, buang air besar di kakus yang seadanya... rumah sempit berpetak-petak, sekolah seadanya... menyedihkan. Melihat film ini jujur bagi gue adalah sebuah fakta menyedihkan, dari satu negara yang menghadapi banyak kesamaan dengan kita di Jakarta. Mulai dari sampah, tempat tinggal yang gak layak, nasib anak-anak jalanan, kriminalitas, pendidikan... gue tambah sedih, ketika Jamal kecil harus kehilangan ibunda tercinta karena konflik agama... hiks, sedih sedih, sedih... jadi kangen sama nyokap di rumah, damn, film ini tuh sooo Indonesia! Apalagi Jamal pun bekerja sebagai Chai-Wallah (seseorang yang bekerja untuk membagi-bagikan cangkir teh di kantor) yang menurut gue beda tipis sama OB. Jamal yang dianggap remeh, gak berpendidikan, harus menderita sepanjang hidupnya ternyata bisa membuktikan keberhasilan dalam kuis Who Wants To Be a Millionaire!
Kabar menyenangkan kalo film ini akhirnya bisa merebut 4 penghargaan Golden Globe, untuk kategori: Best Motion Picture, Best Director - (Danny Boyle), Best Original Score (Composed by A. R. Rahman), Best Screenplay (Written by Simon Beaufoy)... dan kabarnya juga sedang dinominasikan untuk Academy Awards 2009 dalam 10 kategori nominasi. Yah itung-itung membawa nama Asia'lah, karena film ini menurut gue memang bagus. Tapi kalo bicara soal penghargaan, gue baca di Kompas Minggu... film ini rupanya gak memberikan penghargaan yang cukup untuk para bintang ciliknya, dimana Jamal muda dkk dibayar dengan harga yang sangat murah dan dianggap telah diekploitasi... huaaaa, susah deh kalo udah main itung-itungan uang, tapi kalo gue sih, main film sebagus ini? Booook dibayar murah gapapa, yang penting kondang! Huahahahhaha.....
Hari Jumat kemarin ini setelah puas ngeburgerking bareng Yoga (I love BK!) Farid tiba-tiba muncul nyusul ke Grand Indo untuk beli satu keperluan untuk acara hari Sabtu. Setelah dapet, punya ide untuk nonton... Tapi belum tau film apa, ok cek punya cek di Blitz akhirnya Farid mau nonton The Curious Case of Benjamin Button, terus Yoga mau nonton Slumdog Millionaire... nah giliran gue ditanya mau nonton apa, secara gue baru denger-denger dari Ajeng sama Kompas Minggu kalo Slumdog bagus, ya gue milih nonton Slumdog Millionaire hihihi maap rid! Tapi siang ini gue baru baca resensi Benjamin Button... eh eh eh, baguuus! Nonton yuk! Hehehe...
Satu reaksi yang muncul di hati gue setelah nonton film ini, ternyata sama dengan yang sudah diucapin orang-orang yang nonton bareng disamping gue, ternyata si Jamal Malik hidup di lingkungan yang jauh lebih buruk dari Jakarta... di India juga ada loh kali yang kotor dengan tumpukan sampah setinggi gaban, mandi di kali, buang air besar di kakus yang seadanya... rumah sempit berpetak-petak, sekolah seadanya... menyedihkan. Melihat film ini jujur bagi gue adalah sebuah fakta menyedihkan, dari satu negara yang menghadapi banyak kesamaan dengan kita di Jakarta. Mulai dari sampah, tempat tinggal yang gak layak, nasib anak-anak jalanan, kriminalitas, pendidikan... gue tambah sedih, ketika Jamal kecil harus kehilangan ibunda tercinta karena konflik agama... hiks, sedih sedih, sedih... jadi kangen sama nyokap di rumah, damn, film ini tuh sooo Indonesia! Apalagi Jamal pun bekerja sebagai Chai-Wallah (seseorang yang bekerja untuk membagi-bagikan cangkir teh di kantor) yang menurut gue beda tipis sama OB. Jamal yang dianggap remeh, gak berpendidikan, harus menderita sepanjang hidupnya ternyata bisa membuktikan keberhasilan dalam kuis Who Wants To Be a Millionaire!
Kabar menyenangkan kalo film ini akhirnya bisa merebut 4 penghargaan Golden Globe, untuk kategori: Best Motion Picture, Best Director - (Danny Boyle), Best Original Score (Composed by A. R. Rahman), Best Screenplay (Written by Simon Beaufoy)... dan kabarnya juga sedang dinominasikan untuk Academy Awards 2009 dalam 10 kategori nominasi. Yah itung-itung membawa nama Asia'lah, karena film ini menurut gue memang bagus. Tapi kalo bicara soal penghargaan, gue baca di Kompas Minggu... film ini rupanya gak memberikan penghargaan yang cukup untuk para bintang ciliknya, dimana Jamal muda dkk dibayar dengan harga yang sangat murah dan dianggap telah diekploitasi... huaaaa, susah deh kalo udah main itung-itungan uang, tapi kalo gue sih, main film sebagus ini? Booook dibayar murah gapapa, yang penting kondang! Huahahahhaha.....
No comments:
Post a Comment