Minggu, 8 Mei 2011 - 20.50 WIB
Baru aja selesai Tahlilan, dengan perwakilan dari pihak Musholla depan rumah yang tadi sore gue datengin bareng Yoga. Mbak Dian lagi siap-siap pulang dengan keluarganya, pas gue bilang "Eh, 24 jam yang lalu..." Agak serba salah sih gue nyeletuk hal ini, karena muka Mbak Dian hanya memberikan senyum kecil, sementara nyokap yang ada di ruang tamu cuma terlihat menarik nafas.
24 jam yang lalu, gue masih bisa ngebayangin dengan jelas saat-saat menemani hidup Eyang Putri di ruang ICCU Rumah Sakit Fatmawati. Di ruangan yang cukup besar yang ditempati Eyang, ternyata masih terasa kurang besar dengan banyaknya orang-orang yang mengunjungi Eyang dan menunjukkan cinta mereka. Dua hari terakhir ini kondisi Eyang memang kembali drop, setelah dipertengahan minggu diakui membaik dengan adanya respon gerakan tangan dan mata yang mulai terbuka dengan perlahan. Entah kenapa, tanpa gue update perkembangan Eyang di kantor, bos gue tiba-tiba ngomong “Bukannya mau nakutin ya Ibnu, tapi kalo sudah kritis dan tiba-tiba membaik (ketok meja 3 kali), biasanya dia mau say the last goodbye atau ada yang mengganjal. Tapi mudah-mudahan tidak terjadi di Eyang kamu.” Waduh, dibilangin seperti itu di hari Jumat membuat gue kembali harus mengeluarkan perasaan ikhlas dengan apapun yang terjadi dari kantong hati, setelah sebelumnya sedikit tersimpan rapi karena mendengar kondisi Eyang yang mengalami perubahan ke arah positif.
Tapi siapa sangka, kalo omongan atasan kantor gue, dan yang banyak dibilang oleh orang sekitar itu menjadi kenyataan.. Eyang beberapa hari terakhir, kondisinya semakin menurun. Hingga setelah semua anggota keluarga dan sahabat berdatangan, seakan Eyang berpamitan.
Sosok Eyang Putri Di Mataku
Bagi gue sosok Eyang Putri adalah pahlawan. Untuk pribadi gue, beliau adalah penyelamat hidup. Sejak Almarhum Eyang Kakung berpulang ke Rahmatullah di tahun 1994 dan ketiadaan sosok Ayah dalam keluarga, Eyang Putri menggunakan uang pensiunnya untuk membiayai hidup gue dan keluarga, untuk membiayai cucu-cucunya. Beliau dulu sering mengatakan, apapun yang terjadi.. Dinar, Dian, Akmal harus tetap bersekolah. Beliau sangat ingin kami mempunyai masa depan dan membanggakan keluarga.
Memang kadang gak bisa dibohongi kalo perbedaan antara gue dan Almarhumah tetap ada. Kami mempunyai hari ulang tahun yang cuma beda 1 hari: Beliau - 31 Juli, sedangkan gue - 1 Agustus. Sama-sama punya zodiak Leo, berarti sama-sama keras kepala dan gak mau ngalah. Yang lucu, biasanya gue paling males kalo udah bahas ulang tahun. Semua keluarga terasa lebih memperhatikan ulang tahun Eyang daripada gue, termasuk nyokap. Biasanya paling sensi karena gue cuma dapet kue sisa semalem, atau makanan yang dibuat untuk acara ulang tahun Eyang (Agak susah emang kalo berebut spotlight hueheuheu). Tapi lama kelamaan. sikap gue ke Eyang juga mulai berubah, gue berusaha care dengan Beliau, yang mungkin beberapa waktu ini kami jarang bertemu dan ngobrol banyak karena kesibukan kerja, apalagi weekend juga gue masih sibuk. Kalo ketemu, akhirnya gue suka menghabiskan waktu dengan bermanja-manja dengannya, menyentuh lengannya yang berkeriput, meletakkan kepala gue di pundaknya sambil melihatnya membaca koran, nemenin ngerajut... aaargh! Terlalu banyak kenangan bersamanya...
Sebagian besar hidup gue ini dihabiskan bersama Almarhumah. Dari kecil, gue udah dititipin sama nyokap di rumah Eyang di Tanah Abang II. Di sanalah, gue bersama kakak gue, Mbak Dian menghabiskan masa kecil kita sebelum awal 90'an balik lagi ke Pasar Minggu. Banyak kenangan menarik di Tanah Abang, mulai dari belajar di TK belakang rumah, main rumah keong, main di Gereja samping rumah, diajak Eyang ke Indomaret pas pertama kali buka, belanja di Metro Supermarket naik bajaj, ke Museum Gajah, Museum Tekstil juga beberapa Museum yang gue lupa namanya, dan tentunya Monas alias Monumen Nasional! Eyang Putri selalu mengajarkan gue dengan budaya dan sejarah.. bahkan orang tua gue aja gak pernah ngajakin ke tempat-tempat seperti itu waktu kecil. Ah Eyang, waktu terasa sangat cepat berlalu...
Jadi teringat lagi satu siang di tahun 1995, setelah sepeninggal Almarhum Eyang Kakung.. waktu pulang sekolah (SD), tiba-tiba di rumah sudah ada truk dan furniture yang merupakan barang-barang pindahan Eyang. Masih teringat juga, rasanya semangat gue mendapatkan Beliau berada di rumah yang sama.
Saat ku kehilanganmu
Kehilangan dirinya terasa begitu cepat. Kalo di putar balik, pertama kali Eyang masuk Rumah Sakit informasinya gue terima dari Mbak Dinar pas diperjalanan pulang di S11. Masih terbayang pula saat pertama menjenguknya, Beliau sangat hangat menyambut gue walaupun malam itu ia harus segera beristirahat. Beliau bahkan juga meminta gue untuk menutup rapat gordain-nya agar ia bisa tidur tanpa gangguan cahaya. Masih lekat juga di ingatan kebiasaan membeli Bubur Sum-Sum di Monami dan Le Gourmet, atau Burger King untuk yang jaga Eyang di Rumah Sakit, atau kesukaan Eyang dengan es krim Baskin Robins. Masih sangat terekam juga kekagetan kami sekeluarga ketika mendapati Eyang sempoyongan di ruang TV, juga ketika menerima kabar kalo Eyang untuk kedua kalinya masuk Rumah Sakit, ketika gue di Gandaria City dengan jempol yang terluka dan baru membeli es krim Baskin Robins yang ia inginkan. Hingga suatu ketika, Eyang dalam kondisi yang semakin melemah dan melemah.. Izinkan gue mencatatnya dalam blog ini sebagai kenangan:
Minggu, 1 Mei 2011.
Dapat kabar kalo Eyang merasa sesak. Gue yang baru pulang sedikit larut dari Senayan nonton Dewi Sandra, mendapati Eyang hanya terduduk diam di kamarnya. Mama meminta gue tidur bersama dirinya sambil menemani Eyang.. Gak disangka itu adalah pengalaman tidur terakhir dalam satu kamar bersama Eyang tercinta. Gue sangat sedih, melihat Eyang yang merasa sesak untuk bernafas, sehingga semalaman tidur dengan posisi duduk dan tangan memegang kursi :(
Senin, 2 Mei 2011.
Subuh, Eyang mengulang-ulang memanggil nama nyokap. Langsung gue memanggil nyokap yang sedang di luar kamar, dan kami berdua langsung menawarkan apa yang Eyang inginkan? Ke toiletkah? Mau teh kah? Eyang kemudian mengatakan kata-kata yang aneh.. "Lasmis"? - Gue tahu sesuatu dalam diri Eyang semakin gak beres, agak bete juga ketika nelfon Pakde Bowo, cuma dapet jawaban: "Mau diapain lagi, kita hanya bisa berdoa.", terus nelfon Oom No diminta terus ajak ngobrol supaya Eyang tidak hilang kesadarannya. Pagi itu, gue masih sempat menyuapi Eyang teh hangat lewat sendok, hingga kemudian karena harus berangkat kerja.. gue berikan pelukan yang rutin gue lakukan kalo berangkat kerja dan ciuman di pipinya, namun kali ini Beliau tidak merespon, hanya diam terpaku.
Pagi itu juga, nyokap dan Mbak Dinar menghubungi Rumah Sakit, dan begitu sampai di kantor dapet kabar dari nyokap kalo Eyang sudah tidak sadarkan diri di ICCU. Keluarga juga mulai banyak yang bertanya mengenai kabar terbaru Eyang, bahkan Mbak Dewi bersama suaminya langsung menuju Rumah Sakit. Wah, semakin berkecamuk, apalagi pagi itu juga mendapat kabar mengenai Eyang Hari (adik Eyang Putri di Surabaya) yang masuk Rumah Sakit akibat sesak.
Pulang kantor langsung cabut ke Fatmawati, dan mendapati Eyang dalam keadaan koma. Gue gak bisa menahan sedih, apalagi ketika dihadapkan dengan pilihan: Diikhlaskan saja sesuai jalan Allah, atau dibuat ventilator (lubang pernafasan di leher) dengan catatan tidak menjamin, bahkan hanya bisa sedikit memperpanjang umur Eyang.. dan kami sekeluarga akhirnya memutuskan untuk mengikhlaskan.
Malam itu adalah malam yang berat bagi kami semua. Tapi, dengan banyaknya keluarga dan sahabat (termasuk Yoga) yang datang hingga larut malam, membuat gue yakin, betapa Eyang sangat berarti dalam hidup kami semua.
Selasa, 3 Mei 2011.
Memutuskan untuk bermalam di Rumah Sakit bersama keluarga, untuk menunggu jika terjadi sesuatu kepada Eyang. Beruntung punya atasan seperti Mba Karin yang sangat perhatian dan suportif mengizinkan gue mengambil cuti dadakan. Alhamdulillah.
Selasa pagi sempat sangat drop ketika memberitahukan kondisi Eyang kepada sahabat-sahabat Eyang di Senam Jantung dan Geriyatri… Nangis berat ketika masuk ke dalam ruangan kelas, dimana banyak kakek-nenek yang berseragam seperti Eyang sedang menerima penyuluhan mengenai kesehatan. Terima kasih Eyang Lubis.. yang telah berlari menyusul gue di parkiran Fatmawati hanya untuk menjenguk Eyang. Semakin siang, semakin banyak sahabat-sahabat Eyang yang berdatangan. Membuat gue semakin yakin, betapa dicintainya Eyang di mata banyak orang. Makin sering nangis, apalagi Mbak Dian bikin kartu ucapan supaya Eyang cepat sembuh dengan foto-foto kenangan Eyang bersama kami.
Tapi karena gak bawa baju ganti lagi untuk ke kantor, jadi pada Selasa malam memutuskan untuk tidur di rumah, dimana sempat nganterin Retno dan Asri juga sebelumnya mampir ke BK Chitos bareng Yoga.
Rabu, 4 Mei 2011.
Gak tenang di kantor, pikiran masih tentang Eyang. Sudah siap dengan perlengkapan menginap.
Kamis, 5 Mei 2011.
Numpang mandi di rumah Winda, pagi-pagi naik taksi. Tapi gak banyak yang tahu kalo sebenarnya gue kembali lagi ke Rumah Sakit sebelum ke kantor hanya untuk melihat Eyang dan membacakannya Surat Yasin.
Malamnya, sempat pulang ngambil baju, dan terpaksa gak bergabung di rapat Rotary.. Tapi terima kasih banyak untuk doa bersamanya ya teman-teman.
Jumat, 6 Mei 2011.
Agak telat bangun pagi untuk numpang mandi di Cipete, jadi mandinya di Rumah Sakit. Siang itu mendapat kabar kalo Eyang mulai banyak memberikan respon, menggerakan tangan dan kaki, bahkan membuka mata.
Malamnya, dari kantor bawa tentengan banyak makanan titipan keluarga, tiba-tiba Eyang kembali kritis, dimana Mama sempat tidak berada di samping Eyang karena Mama menjenguk saudara sepupu yang juga baru operasi. Mama sangat menyesal, dan berjanji gak akan meninggalkan Eyang sendirian. Sementara gue pulang karena besok harus siaran.
Sabtu, 7 Mei 2011.
Sempat stress karena gak siaran, setelah pintu rumah di kunci dan si penunggu rumah malah tidur nyenyak.. Thanks to Yoga, untuk diizinkan menginap.
Menghabiskan waktu seharian di Rumah Sakit, dan setelah Isya kondisi Eyang kembali melemah. Kami gak berhenti membimbing Eyang lewat doa..
Kejadiannya begitu cepat, 20.50 WIB.. Eyang kembali ke Sang Pencipta. Di depan kami: Mama, gue, Pakde Bowo dan Bude Wanti, Eyang menghembuskan 3 tarikan nafas terakhirnya dengan sangat mulus.. sangat manis, sangat dimudahkan. Alhamdulillah. Bahkan, mulutnya yang kering setelah 6 hari terbaring koma, tiba-tiba keluar cairan yang mengembalikan kondisi bibirnya segar merah, hingga kemudian perlahan membiru.
Pengalaman yang baru bagi gue melihat prose’s kematian Eyang, namun gue sangat bersyukur karena diberi kepercayaan untuk berada di samping Eyang hingga akhir hidupnya.
Terima kasih untuk Farid & Yoga yang sudah datang hingga Minggu dini hari untuk melayat.
Minggu, 8 Mei 2011.
Moment yang tidak akan pernah gue lupakan. Tidur di samping jenazah Eyang dan melakukan prosesi pemakaman. Gue ingin menjadi salah satu yang mengantarkan Eyang ke tempat peristirahatan terakhirnya.. Alhamdulillah, lagi-lagi begitu banyak orang yang datang ke rumah kami ataupun ke Tanah Kusir, tempat Eyang dimakamkan, satu liang dengan Almarhum Eyang Kakung.. Sesuai permintaannya. Terharu dengan para keluarga yang datang, bahkan ada yang dari luar kota, juga sahabat-sahabat Eyang yang ingin sekali mengantar Eyang ke tempat peristirahatan terakhirnya, namun terhalang oleh ketiadaan alat transportasi. Maaf sekali, mungkin kami seharusnya menyewa bis untuk membantu sahabat-sahabat Eyang ini.. dan lagi-lagi sangat bahagia ketika mendapat banyak ucapan yang menyatakan mereka sangat kehilangan Eyang Putri dan berkata "Eyangmu adalah orang yang sangat baik nak." Alhamdulillah, itu adalah penghargaan tertinggi bagi kami.
Selamat jalan Eyang Putriku tersayang.
Hingga saat ini, ku selalu berharap kau tahu betapa aku sayang padamu dan ingin selalu membahagiakanmu. Doain Akmal ya Yang, bisa menjadi cucu-mu yang sukses dan bisa membawa Mama ke kehidupan yang lebih baik. Amien.
Tertanda.
Cucumu, Akmal.
Yang selalu bangga dan sayang padamu.
*Catatan: 3 video di atas berisi 3 lagu yang mengingatkan moment bersama Eyang.
1. Westlife - I Have A Dream
Lagu karaoke waktu liburan keluarga di Puncak, Eyang suka banget sama lagu ini karena memang lagu dari jamannya muda.
2. Rossa - Ayat-Ayat Cinta
Diambil dari soundtrack film favorit Eyang yang kita tonton bareng sama nyokap.
3. Gene Kelly - Singing In The Rain
Terakhir kali ngajak Eyang nge'youtube lagu ini setelah dikasih tau Yoga lewat Glee dan ternyata Beliau punya kenangan dengan lagu ini.
2 comments:
Waaa.. terharu..
Akmal, semoga Eyang mendapat tempat di sisi-Nya dan semoga dikau tabah setelah ditinggal beliau serta menjadi cucu yang membanggakan buat Eyang. Amin.
nangis aku mas bacanya *speechless... melanjutkan terisak*
Post a Comment