Siang ini terasa kembali menjadi siang yang berbeda dari biasanya, barusan dapat kabar duka dari keluarga gue di Surabaya, kalau Eyang Hari baru saja menghembuskan nafas terakhirnya.
Innalillahi Wa'innaillaihi Ro'jiun. Bingung harus mengungkapkan apa. Karena semuanya terasa campur aduk. Sedih, sudah pasti. Muncul rasa bingung, sedikit panik, tapi juga ada rasa lega karena Eyang Hari tidak harus berlama lagi menderita penyakitnya selama ini. Almarhumah adalah adik dari Almarhumah Eyang Putri. Eyang Hari namanya. Beliau tinggal di Surabaya dan sejak gue kecil, beliau lebih suka memilih untuk menginap di rumah gue jika berkunjung ke Jakarta. Eyang Hari adalah salah satu orang terdekat Eyang Putri. Jika tidur bersama di kamar Eyang, gue masih ingat mereka suka bercerita tentang masa lalu saat kecil dulu, atau bicara tentang berita atau informasi paling baru yang lagi seru dari dunia politik atau olahraga. Eh jangan salah, gini-gini Eyang Hari paling demen sama yang namanya Sepak Bola. Waktu jamannya SMP, Eyang Hari sering nitip gue beliin beliau Tabloid Bola untuk dibaca di sini, walaupun di rumahnya di Surabaya, ia sudah langganan - jadinya ia tetap gak mau ketinggalan berita tentang tim Bola favoritnya. Padahal, sementara gue kalo ditanya soal Bola masih a i u e o, sementara beliau masih bisa nongkrongin pertandingan bola sampe dini hari. Juara!
Ah Eyang Hari... Beliau adalah favorit gue. Eyang Hari selalu punya aura hangat dan ramah. Suaranya sangat lemah lembut, dan selalu memanggil nyokap dengan nama "Mba Laksmi", padahal keponakannya sendiri. Mama juga suka ngejahilin Eyang Hari dan suka seru kalo ngobrol sama Almarhumah. Tapi kini beliau tiada. Tepat 1 bulan yang lalu bebarengan masuk Rumah Sakit dengan Almarhumah Eyang Putri. Soulmate? Bisa jadi. Mereka adalah kakak-adik yang sangat dekat, bahkan masuk Rumah Sakit bisa bareng gitu.
Masih ingat, 15 Mei lalu gue memutuskan untuk membatalkan perjalanan cuti ke Bali dan mengajak Mama menjenguk Eyang Hari di ICU Rumah Sakit Dr. Soetomo, Surabaya. Senang, untuk kedua kalinya sejak tahun 1991 gue menginjakkan kaki kembali ke Surabaya, untuk Eyang Hari. Sedih melihat kondisi Beliau yang dikelilingi kabel dan berada di ruangan yang persis seperti Eyang. Apalagi ketika ia bertanya dengan suara lirih "Ibu (Almarhumah Eyang Putri) nggak rawuh (nggak ikut datang ke Surabaya) ?"
Keputusan yang tidak akan gue sesali untuk ke Surabaya. Alhamdulillah bisa melihat Eyang Hari tercinta, bisa membawa nyokap. Bisa bertemu dengan saudara-saudara tersayang di Surabaya dan walaupun janji untuk kembali ke Surabaya untuk bersilaturahmi dengan Eyang Hari saat Hari Raya Idul Fitri nanti tidak dapat terlaksana, tapi doa ku dan doa keluarga besar kami untuk Almarhumah Eyang tetap selalu ada. Selamat jalan Eyang Hari tercinta. Kami semua sayang padamu.
No comments:
Post a Comment